Sunday, August 30, 2009
IJINKAN AKU MENATA DIRI DENGAN RIDHOMU
kususuri jalan setapak
dengan lunglai langkah yang tak kusadari
hanya debu jalanan yang kadang menggugah lamunanku
menepis wajah sedih yang tertutup kusam
tak kudengar lagi deru mobil
tak kudengar lagi klakson motor
bahkan tak kuhiraukan lelehan keringat hangat di sekujur tubuhku
tak kurasa lelah kaki melangkah
hanya kalut yang membungkus raga
hanya limbung yang menghias jiwa
bukan karna tak ada lagi taxi yang bisa membawa diriku
bukan pula tak ada busway yang mampu menghantar niatku
hanya hampa yang ada di rasa
tak tahu lagi kemana kaki ini membawa raga
mata ini terkesiap
saat kudengar deru bajaj yang memekakkan telinga
saat itu kutersadar
kokoh berdiri sebuah warung kecil di depan mata
entah mengapa tanpa kata kumasuki warung itu
kududuki bangku panjang kayu coklat yang kosong tak berpenghuni
sejenak ku terdiam tak tahu apa
sejenak ku terpana tak tahu mengapa
hanya seorang bapak renta yang melihatku penuh tanya
ah... aku lupa
mungkin bapak itu melihat lelehan air mataku yang lupa kuseka
tapi akupun tak tahu kenapa ada lelehan itu
akupun tak mengerti kenapa tak kuseka pula
yang aku tahu, hanya luka yang kian lama kian menganga
tak ada lagi kata sejenak
bapak itu memanggilku dengan halus
"nak... mau minum atau makan?"
terkesiap aku karenanya
mendadak aku bingung
mendadak aku linglung
mengapa aku berada di sini?
siapa yang menuntun langkahku ke sini?
tapi aku harus menjawab tanya
"bapak, tolong beri aku minuman hangat"
"agar air kembali suamkan hatiku yang mendadak beku"
tak kudengar lagi tanya
hanya tatapan mata aneh bapak itu tertuju padaku
tak kuasa lagi kuungkap kata
hanya jari telunjuk ini mengarah pada sesuatu
sebuah botol berwarna bening dengan isi cairan berwarna emas
sejenak angin bagaikan terhenti
terlintas tanya dalam hati
benar itukah yang kukehendaki?
ah, aku tak peduli lagi
aku hanya ingin sejenakl lupa
dengan segala derita yang baru saja menimpa
kembali aku terkesiap
suara denting gelas beradu dengan botol yang berada tepat di depan mata
tak kutahu bagaimana kedua benda itu sudah ada dalam genggamanku
sebagaimana ketaktahuanku akan minuman yang kuteguk
pahit terasa...
panas kurasa...
tak pernah kutemukan minuman seperti ini sebelumnya
tak pernah pula kuteguk minuman seperti ini sebelumnya
hanya tanda tanya yang ada di dada
kenapa air ini kini menyayat kerongkonganku
kuhentikan sejenak tegukan kasar yang tak pernah kulakukan
kembali aku terdiam sekian lama
dan...
tiba2 nampak seseorang yang kabur kulihat di pelupuk mata
makin jelas...
makin nyata...
dan itu dia
kulihat matanya menangis sambil menunjuk botol yang ada di genggamanku
dan kulihat kini dia menggeleng-gelengkan kepalanya
lirih kudengar suaranya yang parau
"bukan itu cara yang tepat untuk melupakan segalanya"
"bukan itu"
"bangunlah..."
"kau tahu aku tak menginginkan kau lakukan itu"
"meski tak lagi aku perhatikanmu setelah ini"
terkesiap aku
kupejamkan sejenak mataku
tapi saat kubelalakkan mata ini, tak lagi ada dia
meski masih sempat kulihat bayangan punggungnya berjalan lunglai meninggalkanku
saat pelan kutaruh botol itu kembali ke meja
dan kurogoh dompetku
"bapak, aku bayar semuanya meski tak lagi aku mampu menghabiskannya"
"maafkan aku telah membuatmu mengandung tanya"
lunglai kembali kulangkahkan kaki tinggalkan bapak tua
hingga kudengar suara adzan maghrib
menggema dan mengajak aku tuk berbuka
ya alloh....
piluku tlah butakan aku akan puasa yang hari ini mestinya ada
sedihku tlah menutup mata hatiku akan ibadahku hari ini
semua tlah terlambat ya alloh
tlah kubatalkan ibadahku kali ini dengan sesuatu yang pasti membuatmu murka
ya alloh...
maafkan aku
ampuni hambamu
tak lagi kubuat sama dalam hidupku
dengan kesalahan dan kegagalan yang mestinya membuatku dewasa
ya alloh...
kini ijinkan aku kembali menghias wajahku dengan kalammu
kini ijinkan aku kembali menata diri dengan keindahan ridhomu
ijinkan aku ya alloh...
ijinkan aku
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment