Monday, September 01, 2008

tentang "semoga"


aku adukan semua dosa yang telah aku perbuat setahun belakangan ini.
aku menyerahkan diri, seperti anak yang bertemu dengan orang tuanya.
aku katakan bahwa aku menyesalinya dan sudah berusaha untuk menyudahinya,
tapi kembali gagal dan gagal.
aku katakan pada awal ramadhan ini, berharap ada setitik petunjuk atau sinar terang atau apalah namanya.

aku datang dengan segala lumuran itu, dan memang ternyata itu dosa.
aku tak tergagap untuk mengakuinya dan aku merasa di pihak yang bersalah.
bukan pengertian yang aku harapkan, mungkin ampunan dan belas kasihan serta ada keajaiban sebagai jalan keluar.
otakku sudah buntu memikirkannya karena sedari dulu kucoba mencari celah untuk mengurai benang kusut dan menemukan simpul silang sengketanya.
tak dapat.
aku gagal, mungkin karena aku bodoh.
ternyata...
tak lepas aku darimu, tapi itu bukan jaminan bahwa kita dekat.
tak juga jaminan bahwa aku bisa mencari sendiri jawabannya.

rahmatmu sudah membawaku ke usia yang cukup matang.
dan berkahmu sudah pula melimpahkan aku rezeki yang cukup layak.

aku tak sengsara sebagai manusia.
secara lahiriah aku merasa berkecukupan.

tapi...

maaf kalau selalu ada kata 'tapi'.

ingin kutukar semua kebahagiaan lahiriah ini dengan satu syarat,
ridhomu atas langkahku.

ketika aku menjalankan hidupku sebagai diriku.
sekali lagi, ketika aku menjalankan hidup sebagai diriku...
ketika itu aku merasa di sana tak ada ridhomu.
terkadang aku merasa kau sedang memperhatikanku dan geleng-geleng kepala dengan semua yang aku lakukan.
aku semakin hitam dan tenggelam, tersesat dengan hidup yang aku pilih itu.

malam ini aku adukan, kembali aku menghadap.
seperti laporan rutinitas tahunan.
karena aku pikir sholatku seolah hanya sebagai absensi bahwa aku mengatakan 'hadir', lalu aku bisa bertindak bebas dan sesuka hatiku lagi sesudah itu.

terkadang aku sangsi, apakah masih ada celah terbuka buat memaafkan aku.
80% jawaban hatiku mengatakan masih.
suara di hatiku beralasan "tuhanku maha pengasih dan penyayang".

tapi kadang aku memanfaatkan gelar 'pengasih dan penyayang'mu itu.
aku jadikan itu sebagai alibi untuk segala perbuatan itu.

sekali mungkin kau akan memaafkan.
tapi dua, tiga dan berpuluh kali, masihkan tuhan itu maha pengasih dan penyayang terhadap umatnya yang membangkang?
semoga aku mempunyai tuhan yang kadar rasa penyayang dan pengasihnya tak terbatas.
tapi tetap ada perasaan tidak enak, ada perasaan jengah, enggan dan malu.
bayangkan, kalau engkau melakukan kesalahan.
sekali akan dimaafkan, lalu kedua kali.
tapi ketika berkali-kali engkau lakukan, lalu duduk bersimpuh menyesali, bukankah yang memaafkannya akan mengutuk?
semoga tidak...
dan memang hidupku akhirnya bergantung kepada kata 'semoga'.
pertama:
semoga tuhanku tak pernah lelah memaafkan aku.
kedua:
semoga tuhanku membukakan jalan untuk penyelesaian semua itu.
ketiga:
semoga jalan itu adalah penyelesaian terbaik yang membuatku bahagia dan dapat diterima olehnya.

semoga...

2 comments:

Anonymous said...

Amin.... God knows why small creek leads to ocean in the end. God bless you...

awang said...

dear "someone i never know", thanks for the comment...